Minimnya budaya membaca di Indonesia, salah siapa?

0
12:22 PM
Saya hanya bisa geleng-geleng kepala saat anak saya tidak mau membaca. Kok bisa budaya di Indonesia begitu memprihatinkan? Salah siapa ini semua?

Minat membaca di Indonesia
Budaya membaca di Indonesia ternyata masih sangat minim

Betapa senangnya saya saat NyoNyo muncul di terminal dengan wajah tersenyum melihat saya dan istri datang menjemputnya. Dia datang untuk menghabiskan liburan bersama kakak saya ke Malang. Sampai ke rumah, saya segera memberikan hadiah yang telah saya persiapkan sebelumnya, sebuah buku dan boneka. Saat saya hendak mengajaknya membaca buku, dia justru asyik dengan bonekanya. Saya hanya bisa mengelengkan kepala. Saya bujuk berapa kali pun, NyoNyo tetap tidak menghiraukan. Saya kok jadi semakin yakin dengan minimnya budaya membaca di Indonesia. Apakah ini salah saya sebagai daddy?

Saya membandingkan dengan masa kecil saya ketika orang tua angkat saya selalu menghadiahkan buku untuk saya dan selalu mewajibkan saya untuk membaca, meski hanya 15 menit. Alhasil, tiada hari dalam hidup saya tanpa membaca. Sehingga saat saya menemukan sesuatu yang bisa dibaca, brosur sekalipun, tangan ini terasa gatal untuk segera membukanya. Tapi kenapa NyoNyo tidak? Saya jadi sedikit prihatin dengan budaya membaca di Indonesia.

Tapi, saya tidak bisa menyalahkan NyoNyo atas ketidakmauan dia membaca. Mungkin salah kami juga yang tidak bisa menemaninya setiap hari. Sehingga kami tidak bisa membiasakan dia untuk membaca. Hal ini semakin menguatkan laporan UNESCO yang menyebutkan nilai minat membaca di Indonesia begitu minim, hanya 0,001. Itu berarti, hanya satu orang dari seribu orang di Indonesia yang gemar membaca.

Minat membaca memang bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca, kebiasaan, ketersediaan buku, dll. Padahal, jika kita mau mencermati, kegemaran membaca suatu bangsa sangat berbanding lurus dengan kemajuan suatu bangsa. Dua negara besar, Jepang dan Rusia adalah bukti nyata tingginya kegemaran membaca bisa berdampak positif. Jepang, bahkan dalam setiap tahunnya bisa mencetak hingga 1 milyar buku. Sedangkan Rusia, lebih memilih untuk menekan harga buku semurah mungkin agar semua penduduknya bisa membelinya.

Yah, keengganan NyoNyo membaca jelas sepenuhnya salah saya sebagai orang tua, saya yang harus bisa menumbuhkan minat membaca dalam dirinya. Mungkin, saya akan lebih intensif untuk “memaksa” dia untuk membaca. Semoga kisah ini tidak terjadi pada anda, sehingga kita bisa meningkatkan budaya membaca di Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat!

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments: