Peperangan atheis vs theis, siapakah pemenangnya?

0
9:35 PM
Di kehidupan sekitar saya, sudah sering saya melihat, mendengar, atau bahkan terlibat langsung perdebatan tentang tuhan. Ada yang percaya, ada pula yang tidak, kedua kelompok saling mempertahankan pendapatnya. Inilah yang biasa disebut peperangan atheis vs theis. Lalu, siapakah yang menang?

Tidak bertuhan vs bertuhan
Atheis vs theis, pertempuran yang tak kunjung usai

Sangat sulit menentukan pemenang dalam perdebatan antara percaya dengan tuhan vs tidak percaya dengan tuhan. Theis alias kaum yang percaya akan adanya tuhan mengklaim bahwa merekalah yang menang dengan beragam argumentasi yang diberikan. Begitu juga dengan atheis, mereka yakin merekalah pemenangnya dengan segala pertanyaan-pertanyaan tentang ketuhanan. Meskipun, jika dilihat secara sepintas dari peperangan atheis vs theis, ibarat tinju maka kaum atheis bisa dikatakan menang dengan angka tipis dibanding theis. Tapi itu menurut saya, tentu berbeda dengan pandangan anda!

Kalau boleh jujur, bagi saya dalam pertempuran atheis vs theis, keduanya sama-sama tidak ada yang menang. Hanya ada satu pihak yang menang, yaitu ego. Ego berteriak puas ketika kita sudah mampu membungkam lawan debat kita dengan segala jurus andalan kita (jurus mabuk, jurus kunyuk melempar buah, dll). Lalu, apa yang harus dibanggakan dari hal itu?

Ketika kita mau cermati, dari perdebatan percaya dengan tuhan vs tidak percaya dengan tuhan, kedua kelompok sama-sama tidak bisa membuktikan kebenaran. Theis tidak mampu memberikan jawaban memuaskan kenapa manusia harus bertuhan. Sedangkan atheis juga tidak bisa menjawab tentang ketiadaan tuhan. Alhasil, yang ada hanya pertarungan tanpa akhir dengan dibumbui dengan kata-kata “mutiara” yang menggelikan (caci maki, ad hominem, dll).

Tidak bisa dipungkiri, perdebatan akan tuhan akan selalu ada. Hal ini bisa dimaklumi selama subyek yang menjadi pokok perdebatan (dalam hal ini tuhan) masih malu-malu menunjukkan eksistensinya. Dari peperangan tak berujung, muncul juga kaum netral yang biasa disebut agnostik. Menjadi kaum ini cukup berat, bersama orang atheis mereka ditentang, apalagi dengan orang theis, mereka dibully habis-habisan. Lalu, harus bagaimana?

Perdebatan atheis vs theis akan berhenti jika kita sadar kalau tuhan itu tidak penting untuk diperdebatkan. Terlalu membuang waktu membicarakan makhluk absurd yang tak pernah jelas asal-usulnya. Sayangnya, sepertinya masa itu tidak mungkin ada dalam waktu dekat ini, menurut ramalan saya (Ki Joko Koplak Geje). Makanya, untuk saat ini, nikmati saja lawakan gratis dari perdebatan tentang tuhan oleh masing-masing pembelanya! Semoga semua makhluk berbahagia!

About the author

Donec non enim in turpis pulvinar facilisis. Ut felis. Praesent dapibus, neque id cursus faucibus. Aenean fermentum, eget tincidunt.

0 comments: